Pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) Tahun Ajaran 2025/2026 di Provinsi Sumatra Utara berlangsung lancar dan kondusif. Hal ini disampaikan langsung oleh Tatang Muttaqin, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (Dirjen Diksi PKPLK) Kemendikdasmen, usai meninjau sejumlah sekolah di Kota Medan pada Rabu, 18 Juni 2025.
Tatang mengungkapkan bahwa proses SPMB untuk jenjang SMK di Medan telah selesai pada 17 Juni 2025 tanpa hambatan berarti. “Secara proporsi, SMK masih memiliki ruang terbuka, terutama di sekolah negeri. Hanya saja, animo tinggi terkonsentrasi pada keahlian tertentu yang menjadi favorit masyarakat,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi kendala di lapangan, Kemendikdasmen telah menyiapkan Unit Layanan Terpadu (ULT) untuk menampung dan memproses berbagai aduan masyarakat. Jika ditemukan kasus spesifik, Inspektorat Jenderal akan turun langsung untuk melakukan pengawasan lanjutan.
Tatang menegaskan bahwa SPMB 2025 dirancang agar transparan, adil, dan inklusif, sebagai wujud dari komitmen menghadirkan pendidikan bermutu yang merata di seluruh Indonesia.
Kepala SLBN Pembina Tingkat Provinsi Sumatra Utara, Mardi Panjaitan, menjelaskan bahwa proses pendaftaran dilakukan secara tatap muka demi memberikan penjelasan yang lebih lengkap kepada orang tua. “SLB butuh penanganan khusus. Itulah sebabnya kami buka layanan offline,” ujarnya.
Sementara itu, SMKN 8 Medan dan SMKN 9 Medan juga aktif memberikan pendampingan teknis kepada para pendaftar. Kepala SMKN 8 Medan, Wilma Handayani, mengungkapkan sekitar 20 pendaftar datang langsung karena kendala koneksi internet. “Kami bantu semuanya sampai tuntas,” tegasnya.
SMKN 9 Medan bahkan menyediakan call center khusus untuk membantu orang tua dan siswa yang mengalami kesulitan teknis selama proses pendaftaran.
Salah satu orang tua, Zeni Anwar, menyampaikan rasa bangganya setelah anaknya diterima di SMKN 8 Medan jurusan Desain dan Produksi Busana melalui jalur nilai rapor. “Prosesnya cepat dan tanpa kendala,” ucapnya.
Yunidar Wati, orang tua dari Ayu Sartika, juga berbagi pengalaman positif saat anaknya diterima di SMKN 9 Medan jurusan Teknik Komputer dan Jaringan lewat jalur domisili. “Sempat agak lambat karena sistem ramai, tapi tidak ada masalah berarti. Untungnya rumah kami dekat dari sekolah, hanya 60 meter,” katanya.
Tatang berharap seluruh pengalaman positif ini bisa menjadi praktik baik yang diperluas ke daerah lain. “Inklusivitas dan kualitas pendidikan harus berjalan beriringan,” pungkasnya.